1. JUDUL : SEBELAH TELINGA
Ditulis Oleh andy.zain
Sejak
papa mengganti komputer di rumah dengan komputer jinjing, Lala jadi
lebih suka mengisi akhir pekannya dengan bermain game. Apalagi ada
banyak pilihan permainan yang tersedia.
“Lalaaa..,” terdengar suara mama memanggil namanya. “Tolong matikan keran air di kamar mandi.”
Lala
yang sedang asyik tidak segera menyahut. Bukannya Lala tidak mendengar
tetapi permainan yang sedang dimainkannya sedang seru. Kalau ia menjawab
panggilan mama kemudian menghampiri mama, sudah dapat dipastikan ia
akan kalah.
Sejak
papa mengganti komputer di rumah dengan komputer jinjing, Lala jadi
lebih suka mengisi akhir pekannya dengan bermain game. Apalagi ada
banyak pilihan permainan yang tersedia.
“Lalaaa..,” terdengar suara mama memanggil namanya. “Tolong matikan keran air di kamar mandi.”
Lala yang sedang asyik tidak segera menyahut. Bukannya Lala tidak
mendengar tetapi permainan yang sedang dimainkannya sedang seru. Kalau
ia menjawab panggilan mama kemudian menghampiri mama, sudah dapat
dipastikan ia akan kalah.
“Lalaaa..,” suara mama kembali terdengar.
“Iyaa Maa..,” Lala akhirnya menyahut. Namun tatapan matanya tak lepas
dari layar komputer di depannya. Tangannya sibuk bergerak memainkan
tombol tanda panah yang ada di keyboard komputer.
“Lala!” panggilan itu kembali terdengar. Kali ini dengan nada menyentak dan terdengar begitu dekat.
Lala tersentak kaget. Ia mendongak. Dilihatnya mama berdiri di
hadapannya. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Sorot matanya begitu
tajam. Buru-buru Lala menekan salah satu tombol yanga ada di papan
ketik. Permainan yang semula tampak di layar komputer jinjingnya
langsung berhenti.
“I.. I.. ya.. Maa..,” jawab Lala dengan takut-takut.
“Lala dengar tidak mama memanggil-manggil sejak tadi?” tanya Mama.
“Dengar Ma,” jawab Lala.
Mama tidak berkata apa-apa hanya menatap Lala dengan tajam.
“Eh.. Nngg.. Anu.. Ma..” Lala tergagap-gagap. Tidak menemukan kalimat
yang tepat untuk dikatakan. Buru-buru Lala bangkit dari posisi
telungkup. “Eh.. tadi mama menyuruh apa ya?” Lala bertanya dengan
takut-takut.
“Mama minta tolong Lala mematikan keran air,” jawab Mama. Matanya masih
menatap Lala dengan tajam. “Sekarang sudah mama matikan.”
“Maaf deh, Ma,” Lala berkata sambil menunduk. “Lala gak gitu lagi dehh..”
Mama kemudian berlalu. Lala menghela nafas lega. Mudah-mudahan mama
tidak menceritakan kejadian tadi kepada papa. Lala khawatir papa tidak
membolehkannya lagi bermain game.
“Aha..! Aku ada ide,” Lala menjentikkan jarinya. “Kalau mama
memanggilku lagi, aku harus cepat menjawab dan mengiyakannya supaya mama
tidak marah,” Lala berkata dalam hati. “Setelah itu aku baru mencari
apa yang mama ingin aku lakukan. Biasanya tidak jauh dari mematikan
keran air, mengunci pintu pagar atau mematikan lampu.”
Lala begitu senang dengan idenya. Setelah kejadian itu, setiap kali
mama memanggil dan meminta tolong, Lala dengan cepat menyahut dan
mengiyakan. Bukan berarti ia langsung melakukan yang diminta mama.
Setelah berhasil mennyelesaikan permainan yang dimainkannya, Lala baru
melakukan yang diminta mama.
“Lalaaaa..,” terdengar suara mama memanggilnya kemudian dilanjutkan dengan permintaan tolong.
Lala buru-buru menyahut dan mengiyakan. Namun matanya tidak lepas dari layar komputer jinjing yang ada di depannya.
“Yihaaaa… akhirnya aku berhasil juga mencapai level lima!” Lala berseru
gembira. Ditekannya tombol berhenti. Ditegakkannya tubuhnya yang
sebelumnya menelungkup. Setelah meregangkan tubuhnya yang kaku, Lala
melangkah ke luar kamar.
Lala menuju kamar mandi. Dibukanya pintu kamar mandi. Dilihatnya tidak
ada air yang mengalir dari keran air. Ditutupnya pintu kamar mandi. Lala
kemudian memperhatikan lampu-lampu yang ada di dalam rumah. Tidak ada
yang menyala. Lala mengerutkan kening. “Mungkin pintu pagar belum
dikunci,” pikir Lala. Lala menyibakkan tirai dan melihat keluar.
Dilihatnya pintu pagar tertutup rapat. “Tadi mama minta tolong apa ya?”
Lala berusaha mengingat-ingat namun walaupun keningnya sudah berkerut,
ia tidak dapat mengingat apa yang dikatakan mama.
“Uhh.. gara-gara asyik main game, aku jadi bingung,” kata Lala dalam hati. Diperhatikannya sekelilingnya. Baru Lala sadar betapa sunyinya keadaan rumah!
“Maaa..,” Lala memanggil. Tidak terdengar sahutan mama. “Mamaaa…,”
panggilnya dengan suara lebih keras. Lala menajamkan pendengarannya.
Tidak terdengar suara apapun!
Lala bergegas menuju kamar mama. Dibukanya pintu kamar. Kosong! Lala
kemudian menuju dapur. Tidak ada siapapun disana! Aduuhh… mama kemana
ya?
Setengah berlari Lala menuju halaman rumah. Dibukanya pintu pagar.
Kadang-kadang mama menemani Nino, adiknya yang baru berusia setahun
berjalan-jalan. Dilongokkannya kepalanya memandang ke ujung jalan. Tidak
ada seorangpun di jalanan!
Lala menutup pintu pagar kemudian berlari menuju telepon. Dipencetnya
no telepon genggam mama. Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif,
demikian suara yang terdengar di telepon.
Lala meletakkan gagang telepon dengan lemas bercampur panik.
Butir-butir keringat membasahi keningnya. Jantungnya berdebar-debar.
Mulutnya terasa kering. Aduuhh.. Mama kemana ya?
Terdengar suara pagar terbuka. Lala melompat dari duduknya dan setengah
berlari menuju pagar. Dilihatnya mama sedang membuka pintu pagar sambil
menggendong Nino.
“Mamaaa..!” Lala berseru gembira. “Mama kemana saja sih? Lala
mencari-cari mama sejak tadi lohh.. Lala coba menghubungi telepon
genggam mama tetapi tidak bisa tersambung,” Lala menyambut kedatangan
mama dengan serentetan kata-kata.
Mama menatapnya heran. “Mama kan sudah memberitahu Lala kalau mama
hendak pergi ke minimarket di depan kompleks,” kata mama. “Telepon mama
baterenya habis. Memangnya Lala tidak lihat telepon genggam mama ada di
dekat telepon?”
Lala tertegun. Ia teringat ketika mama memanggil namanya dan dirinya
mengiyakan tanpa menyimak baik-baik apa yang dikatakan oleh mama.
“Makanya kalau mama sedang bicara, jangan didengarkan hanya dengan sebelah telinga,” komentar mama.
Lala meringis. Kalau saja ia mau menghentikan sebentar permainan yang
ada di komputer, tentu ia tidak akan kebingungan seperti tadi. Lala
berjanji besok-besok ia akan menyimak baik-baik sebelum berkata, Iyaa..
Maaa…
Diceritakan oleh Erlita Pratiwi
2. JUDUL :Cinderella
Ditulis Oleh Adila Rahma W.
Dulu,
di negeri yang jauh, di samping hutan ajaib, ada seorang gadis bernama
Cinderella, yang cantik dan baik. Dia tinggal bersama kedua saudara
tiri nya dan ibu tiri kejam nya, mereka menyuruhnya memasak dan
membersihkan rumah sepanjang hari, satu tugas demi satu. Pada malam hari
mereka membiarkan dia tidur di antara abu oleh api, dan itu adalah
bagaimana kami mengenal dirinya.
Suatu
pagi, sang pangeran datang dengan undangan untuk mereka semua, minggu
depan di istana ada akan pesta menari mewah untuk memilih calon istri
sang pangeran. "Apa yang harus kita pakai?" para saudara Cinderella
menangis. "Sebuah pesta menari! Pasti sangat menyenangkan!".
Cinderella
sangat senang juga, dia tidak pernah menari sebelumnya, tapi ibu
tirinya berkata: "Kau tinggal di rumah dan cucilah laintai rumah!.". Dia
pergi ke luar, duduk dan menangis, karena hal itu tidak adil, ketika
itu juga, tiba-tiba ibu peri yang baik berdiri di sana. "Nak, jangan
menangis," kata peri, "kau akan menari juga, sekarang keringkan air
matamu dan cuci wajahmu, kita memiliki beberapa pekerjaan yang harus
dilakukan!".
"Aku
tidak bisa pergi ke pesta dansa," dia menangis, "Aku punya beberapa
baju tetapi sudah robek untuk dipakai,". Ibu peri mengucapkan mantra,
dan melambaikan tongkat sihirnya di udara. Kemudian beberapa gaun cantik
muncul, bersama dengan sepatu banyak. Cinderella selesai memilih, ia
segera bergegas ke pesta dansa.
"Putri
yang asli tidak berjalan ke pesta dansa," kata peri, dan menyulap
sebuah labu menjadi kereta kecil yang mewah, dengan empat kuda untuk
membawanya. Ibu Peri berkata: "Sulap ini akan berakhir jam 12 malam,
sayang, bergegas pulanglah sebelum baju dan keretamu semuanya hilang!".
Di
kerajaan, pesta dansa yang mewah akan segera dimulai, sang pangeran
berharap malam ini, dia menemukan gadis yang memenangkan hatinya. Dia
mencoba mantel dan celana, ia menjepitkan beberapa lencana di dada, dia
memilih mantel dan celana yang tepat. Pangeran tampak berwibawa dan
tampan.
Pangeran
melihat berdiri Cinderella yang cantik di kerumunan, jantungnya
berdetak cepat, "Aku jatuh cinta," ia hampir berkata dengan suara keras.
Dia bertanya "Maukah kamu menari denganku? Kau seperti 'pemandangan
yang indah'!". "Tentu saja," katanya, dan menggenggam tangannya, "Aku
akan menari denganmu sepanjang malam!".
Saat
mereka menari, mereka jatuh cinta, dan waktu berlalu begitu cepat,
ketika jam berdentang menunjukkan jam dua belas, Cinderella teringat
mantra peri telah berikan. "Aku harus pulang sekarang!" ia berpikir,
"sebelum aku mantra itu hilang!".Cinderella bergegas menuruni tangga,
tanpa disadarinya, satu sepatunya jatuh.
Keesokan
harinya, pelayan dari kerajaan mencari di seluruh kerajaan, untuk
menemukan gadis yang memenangkan hati sang Pangeran tadi malam. Siapakah
yang mempunyai kaki yang pas untuk sepatu yang hilang itu? Saat
Cinderella mencobanya, sangat pas dan nyaman, dan begitulah sang
Pangeran menemukan pasangan sejatinya. Pangeran membawanya ke kerajaan
dan mereka menikah saat itu juga, dan mereka hidup menyenangkan di
kebahagiaan dari hari yang spesial ini.
Tamat
(Adila Rahma W.)
3. JUDUL : Air, Api & Angin
Ditulis Oleh Adila Rahma W.
Suatu hari, ada sebuah air kecil yang bernama Airi. Ia baru terbangun dari tidurnya, ia tidur di daun di sebatang bunga.
"Hoaaam ... hari yang cerah!" Airi terbangun. Ia menguap dan lekas bergegas menuju ibunya.
"Ibu! Ayo, kita akan berjalan-jalan, iya kan?" Airi membangunkan ibunya, ya, kemarin ibu Airi berjanji kalau besok mereka akan berjalan-jalan.
Akhirnya merekapun segera turun dari bunga. Mereka berjalan-jalan di sebuah taman yang indah. Airi meminta izin kepada ibunya, ia ingin menemui teman lamanya. Sebuah bunga mawar, namanya Mawaru. Ibunya mengizinkannya.
Airi berlari menuju Mawaru, di tengah-tengah perjalanan, ia ceroboh. BRESS! Ia menabrak sebuah api.
"Maaf ya, api. Tunggu... Hahahaha!" Airi tertawa terbahak-bahak, ia melihat sebagian tubuh api hilang.
Api sedih, ia akhirnya meninggalkan Airi.
Setelah bermain dengan Mawaru, Airi dan ibunya pulang. Akan tetapi, ibu Airi lebih memilih pulang lewat tanah.
"Ibu, aku merasa tidak enak! Kita belum pernah melewati jalan ini sebelumnya," Airi tampak agak ketakutan.
"Iya nak, Ibu juga merasa agak bingung." Ibunya membalasnya.
Saat mereka sampai, mereka merasa berada di kumpulan air lainnya yang sangat banyak. Ternyata, mereka sampai di bak mandi milik seorang manusia.
Tidak lama kemudian, mereka diambil oleh manusia menggunakan gayung. Mereka lalu 'dimandikan' dengan air yang lain, mereka di mandikan di sebuah baskom yang besar. Setelah 'mandi', mereka merasa agak panas. Tiba-tiba manusia itu mengangkat mereka lagi, dan manusia itu menaruh mereka di sebuah kotak.
Manusia itu memasukkan Airi & Ibunya kedalam freezer. Beberapa menit kemudian, mereka membeku, menjadi es batu.
Beberapa jam setelahnya, manusia mengangkat kotak itu dan menyimpannya di lantai, manusia itu meninggalkan Airi dan ibunya, dan para air begitu saja, tiba-tiba, api dan angin datang.
"Api, angin! Tolong selamatkan kami, para air! Kami telah membeku dan menjadi es!" Airi berteriak sangat--sangat--sangat kencang.
Angin menurunkan seluruh air itu ke lantai, keluar dari kotak itu. Api melelehkan seluruh air. Lalu, api, angin & para air berjalan bersama, keluar dari rumah milik manusia. Api menghanguskan pintu rumah manusia, arang-arangnya ditiup oleh angin. Merekapun keluar bersama-sama.
Dalam perjalanan pulang, Airi bercakap-cakap dengan api & angin.
"Terimakasih ya, air, angin. Tunggu... kau kan api tadi siang kan?, Maaf ya. Aku sudah menghinamu," Airi meminta maaf kepada api.
"Tidak apa-apa. Oh ya, perkenalkan, aku Apia. Temanku, Anginu" jawab Apia.
"Senang bertemu denganmu," kata Anginu.
Setelah lama berjalan, akhirnya mereka sampai rumah masing-masing. Ah! Leganya ..., dan Airi, Apia & Anginu menjadi sahabat sejati sejak itu.
(Adila Rahma W.)
"Hoaaam ... hari yang cerah!" Airi terbangun. Ia menguap dan lekas bergegas menuju ibunya.
"Ibu! Ayo, kita akan berjalan-jalan, iya kan?" Airi membangunkan ibunya, ya, kemarin ibu Airi berjanji kalau besok mereka akan berjalan-jalan.
Akhirnya merekapun segera turun dari bunga. Mereka berjalan-jalan di sebuah taman yang indah. Airi meminta izin kepada ibunya, ia ingin menemui teman lamanya. Sebuah bunga mawar, namanya Mawaru. Ibunya mengizinkannya.
Airi berlari menuju Mawaru, di tengah-tengah perjalanan, ia ceroboh. BRESS! Ia menabrak sebuah api.
"Maaf ya, api. Tunggu... Hahahaha!" Airi tertawa terbahak-bahak, ia melihat sebagian tubuh api hilang.
Api sedih, ia akhirnya meninggalkan Airi.
Setelah bermain dengan Mawaru, Airi dan ibunya pulang. Akan tetapi, ibu Airi lebih memilih pulang lewat tanah.
"Ibu, aku merasa tidak enak! Kita belum pernah melewati jalan ini sebelumnya," Airi tampak agak ketakutan.
"Iya nak, Ibu juga merasa agak bingung." Ibunya membalasnya.
Saat mereka sampai, mereka merasa berada di kumpulan air lainnya yang sangat banyak. Ternyata, mereka sampai di bak mandi milik seorang manusia.
Tidak lama kemudian, mereka diambil oleh manusia menggunakan gayung. Mereka lalu 'dimandikan' dengan air yang lain, mereka di mandikan di sebuah baskom yang besar. Setelah 'mandi', mereka merasa agak panas. Tiba-tiba manusia itu mengangkat mereka lagi, dan manusia itu menaruh mereka di sebuah kotak.
Manusia itu memasukkan Airi & Ibunya kedalam freezer. Beberapa menit kemudian, mereka membeku, menjadi es batu.
Beberapa jam setelahnya, manusia mengangkat kotak itu dan menyimpannya di lantai, manusia itu meninggalkan Airi dan ibunya, dan para air begitu saja, tiba-tiba, api dan angin datang.
"Api, angin! Tolong selamatkan kami, para air! Kami telah membeku dan menjadi es!" Airi berteriak sangat--sangat--sangat kencang.
Angin menurunkan seluruh air itu ke lantai, keluar dari kotak itu. Api melelehkan seluruh air. Lalu, api, angin & para air berjalan bersama, keluar dari rumah milik manusia. Api menghanguskan pintu rumah manusia, arang-arangnya ditiup oleh angin. Merekapun keluar bersama-sama.
Dalam perjalanan pulang, Airi bercakap-cakap dengan api & angin.
"Terimakasih ya, air, angin. Tunggu... kau kan api tadi siang kan?, Maaf ya. Aku sudah menghinamu," Airi meminta maaf kepada api.
"Tidak apa-apa. Oh ya, perkenalkan, aku Apia. Temanku, Anginu" jawab Apia.
"Senang bertemu denganmu," kata Anginu.
Setelah lama berjalan, akhirnya mereka sampai rumah masing-masing. Ah! Leganya ..., dan Airi, Apia & Anginu menjadi sahabat sejati sejak itu.
(Adila Rahma W.)
0 komentar:
Post a Comment